Perjalanan Self Healing yang Bikin Saya Nangis Tengah Malam
Malam itu saya bangun tengah malam karena satu hal yang sederhana: perut kembung, dada sesak, dan sebuah kesadaran yang menumpuk akhirnya pecah menjadi air mata. Bukan karena latihan terakhir, bukan karena beban yang saya angkat, tetapi karena menyadari bahwa selama bertahun-tahun saya merawat tubuh atletik saya dengan pendekatan setengah hati — latihan hebat, nutrisi ala coba-coba, dan ritual pemulihan yang sering saya abaikan. Itu adalah titik balik dalam perjalanan self-healing saya, dan semua bermula dari makanan yang saya pilih, atau lebih tepatnya, yang saya abaikan.
Ketika Tubuh Berbicara Lewat Performa
Sebagai pelatih dan konsultan nutrisi olahraga selama 10 tahun, saya sering melihat pola yang sama: atlet yang gigih berlatih tapi gagal pulih karena underfueling atau kekurangan mikronutrien. Mereka datang dengan keluhan lelah tak wajar, tidur buruk, libido turun, dan kadang mood swings. Secara teknis ini bisa masuk kategori RED-S (Relative Energy Deficiency in Sport), tapi yang paling penting adalah bagaimana tubuh mereka berkomunikasi — lewat penurunan performa, cedera yang berulang, dan bahkan nangis tengah malam seperti saya.
Contoh nyata: saya pernah menangani seorang pelari jarak menengah yang mengeluh stamina turun padahal latihannya sesuai rencana. Setelah evaluasi, asupan kalorinya hanya 60-70% dari kebutuhan latihannya. Kami menaikkan asupan karbohidrat di hari latihan (sekitar 6–8 g/kg untuk hari beban tinggi), menyesuaikan protein ke 1,6–2,0 g/kg, dan menegakkan pola makan teratur. Dalam 6 minggu ia kembali punya sesi berkualitas dan pulih lebih baik. Tubuhnya akhirnya “bicara” dalam nada yang lebih tenang.
Membangun Ulang Fondasi Nutrisi
Self-healing melalui nutrisi bukan soal diet spektakuler. Ini soal dasar: kalori adekuat, makronutrien seimbang, dan perhatian terhadap mikronutrien yang sering terlewat. Untuk kekuatan dan pemulihan saya selalu rekomendasikan: protein post-workout 20–40 gram berkualitas (whey, telur, kedelai), karbohidrat sesuai volume latihan — 3–5 g/kg pada hari ringan, 6–8 g/kg pada hari intens endurance — dan lemak sehat untuk hormon dan fungsi otak.
Jangan lupa mikronutrien. Besi untuk atlet wanita, vitamin D untuk suasana hati dan fungsi otot, omega-3 untuk peradangan. Saya pernah membantu atlet angkat besi yang merasa “hilang tenaga” dan ternyata kadar ferritinnya rendah; dengan suplementasi dan diet kaya heme iron plus vitamin C untuk penyerapan, performanya kembali. Pengalaman itu mengajarkan saya bahwa angka di lab sering menjelaskan kenapa emosi dan tenaga tidak sinkron.
Ritual Pemulihan: Dari Piring ke Tidur
Pemulihan tidak berhenti saat Anda menyudahi latihan. Tidur, manajemen stres, dan ritual kecil setiap hari membentuk konsistensi. Nutrisi berperan di setiap tahap: karbohidrat membantu restorasi glikogen, protein mendukung sintesis otot, sementara elektrolit dan cairan mengembalikan keseimbangan. Praktik sederhana yang saya terapkan pada klien: makan malam berimbang 2–3 jam sebelum tidur (protein + karbo kompleks + sedikit lemak), camilan protein jika ada latihan malam, dan hidrasi bertahap sepanjang hari.
Saya juga percaya pada kekuatan ritual non-nutrisi untuk self-healing — sesi pijat ringan, mandi hangat, atau perawatan kenyamanan diri. Hal-hal kecil seperti itu mengingatkan tubuh bahwa ia layak dirawat. Kalau Anda suka manicure atau pedicure sebagai bentuk merawat diri, saya punya rekomendasi kecil yang sering saya sarankan pada klien perempuan yang butuh “me time”: sandhyamedicure. Bukan sekadar estetika; ini bagian dari komitmen untuk menghormati proses pemulihan.
Mengakui Emosi dan Merayakan Kecil
Lalu tangisan tengah malam itu? Setelah menata ulang pola makan, tidur, dan micro-ritual, saya menangis lagi—namun berbeda. Kali ini bukan karena kelelahan, melainkan lepasnya beban. Emosi adalah indikator keberhasilan self-healing yang sering diabaikan. Ketika hormon stabil, energi kembali, dan otot pulih, ada ruang bagi jiwa untuk bernapas. Saya merayakan hal-hal kecil: latihan yang kembali terasa ringan, siklus menstruasi yang normal, tidur yang tidak terganggu.
Pandangan saya jelas: nutrisi olahraga adalah alat paling praktis dan kuat untuk self-healing. Ini bukan mantra instan. Ini pekerjaan konsisten yang butuh data (tracking makanan, tidur, dan performa), kesabaran, dan keberanian untuk mengubah kebiasaan. Jika Anda sedang dalam perjalanan serupa, mulai dari hal nyata—ukur asupan, periksa darah bila perlu, dan bangun ritual yang menjaga tubuh sekaligus jiwa. Percayalah, suatu malam Anda mungkin juga akan terbangun, menangis, dan kemudian tersenyum karena tahu Anda sedang menyembuhkan diri dari dalam.

